Makalah Empirisme (David Hume)



BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Aliran empirisme muncul pada abad ke 17-an dan kemunculannya setelah lahirnya aliran rasionalisme. Aliran emperis ini bertolak belakang dengan aliran rasionalisme. Menurut paham empirisme bahwa pengetahuan bukan hanya didasarkan pada rasio belaka. Konsep aliran empirisme ini muncul pada abad modern yang muncul karena adanya upaya keluar dari kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik.
Descartes adalah orang yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia filasafat barat. Teori yang dikembangkan Descartes dikenal dengan rasionalisme karena alur pikir yang dikemukakan oleh Descartes tersebut bertempat di kekuatan rasio manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes ini, banyak filosof yang muncul. Dan para filosof itu berkembang kemudian memunculkan aliran yan bertolak belakang dengan Descartes yang mengangap bahwa pengetahuan itu bersumber dari pengalaman atau Empirisme. Mereka  ini adalah kaum Empirisme, diantaranya yaiutu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Namun dalam makalah ini tidak menjelaskan semua tokoh tersebut. Melainkan hanya akan membahas pemikiran David Hume.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep Empirisme?
2.    Bagaimana pemikiran Empirisme David Hume?

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengeduakan akal pikiran. Emperis sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mencoba-coba atau pengalaman. Empirisme juga disebut suatu aliran atau doktrin yang berlawanan dengan aliran rasionalisme. Karena Empirisme beranggapan bahwa pengetahuan tentang kebenaran datang bukan diperoleh dari akal pikiran melainkan melalui panca indera manusia, seperti mata, hidung, telinga, kulit, dan alat indra lainnya. Sedangkan Rasionalisme beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh mutlak dari akal pikiran. Kemudian aliran Empirisme berpendapat kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
B.       David Hume
1.    Riwayat hidup David Hume
David Hume lahir di Edinburgh Skotlandia pada April 26, 1711 anak bungsu dalam keluarga yang baik tetapi tidak kaya. Ayahnya meninggal ketika David Hume masih kecil, dan ia dibesarkan oleh ibunya di perkebunan keluarga Ninewells, dekat Berwick. David Hume adalah seorang murid yang sukses, dan sebagai anak muda, ia memiliki perhatian yang tinggi terhadap sastra dan filsafat. Solomon (2002: 390) menyebut bahwa filsafat David Hume adalah skeptisisme yang menyeluruh. Tahun 1723 ia masuk Universitas Edinburgh, studi pada hukum sesuai keinginan ibunya. Selama tiga tahun studi hukum dia membangun pandangan filsafatnya.
Pada musim gugur 1729 dia mengalami gangguan kejiwaan parah selama 5 tahun. Hal ini disebabkan karena dia mengalami perasaan puas pertama kali dia membantai raksasa segala ilmu pengetahuan, filsafat dan teologi. Padahal umurnya masih relatif muda. Karena kejadian ini dia memutuskan mundur dari dunia filsafat, akan tetapi kemudian justru dia mengambil keputusan untuk pergi ke Prancis Pada usia 23 tahun, ke La Fleche tempat perguruan Jesuit Descrates dulu untuk upaya penyembuhan dari penyakitnya. Disana dia menyelesaikan buku pertamanya yang hampir selesai pada tahun 1737, Treatise of Human Nature, saat usianya masih 26 tahun. Hume memiliki harapan yang tinggi pada karya ini, tetapi penerbitan karya ini tidak banyak mendapat perhatian.
 Meskipun patah semangat, karena buruknya penerimaan terhadap Treatise, David Hume terus menulis. Di tahun 1741-1742 saat di Skotlandia, ia menerbitkan Essay, Moral and Political. Karya ini mendapatkan kesuksesan, dan David Hume bersemangat untuk merevisi Treatise. Akan tetapi, David Hume tidak pernah bisa mendapatkan gelar profesor baik di Universitas Edinburgh dan Glasgow, karena skeptismenya dan dia ateis, mencemooh keyakinan beragama. Dia kembali ke Prancis 1763 sebagai sekretaris duta besar Inggris. Pada tahun 1751, revisi terakhir bagian pertama dan ketiga karya Treatise diterbitkan masing-masing dengan judul An Enquiry Concerning Human Understanding dan An Enquiry Concerning The Principles of Morals. Kira-kira pada saat yang sama, David Hume menulis karya yang berjudul Dialogue Concerning Natural Religion. Dialogue menjelaskan sikap David Hume tentang eksistensi Tuhan dan sifat agama. Namun atas saran teman yang memiliki perhatian terhadap sifat pandangannya yang radikal, David Hume tidak jadi menerbitkan Dialogue. Dengan ketetapan dari kehendak David Hume, karya itu diterbitkan setelah David Hume meninggal di tahun 1779.
 Antara tahun 1752-1757, David Hume mengabdi sebagai petugas perpustakaan di Faculty of Advocates di Edinburg. Setelah mendapatkan sumber-sumber dari perpustakaan ini, David Hume menulis tentang sejarah Inggris. Karya ini tidak hanya panjang, tetapi juga kontroversial. Bagaimanapun, sebagai akibatnya, semua tulisan David Hume menjadi lebih dikenal dan karya-karya itu mendapat pujian luas dari beberapa kalangan. Pujian tersebut terutama datang dari kalangan intelektual Perancis dan ketika David Hume pergi ke sana pada tahun 1763 sebagai sekretaris Duta Besar Inggris, ia menerima sambutan hangat. Ia kembali ke London di tahun 1766 bersama Rousseau, meskipun hubungan antara keduanya segera menegang (Bertrand Russell, 1946). Setelah mengabdi selama tiga tahun di Undersecretary of State,David Hume pensiun di Edinburg dan meninggal di sana tahun 1776.
 2.    Pemikiran Hume
Pada awalnya teori Empirisme dicetuskan oleh John Locke, Locke memandang bahwa setiap manusia dilahirkan bagaikan selembar kertas bersih. Pemikiran Locke ini diteruskan dan ditentang oleh David Hume. Hume merupakan puncak aliran empirisme. Yang baginya dan tokoh lain, pengalaman  lebih dari pada rasio sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman internal maupun eksternal.  Menurutnya, semua ilmu berhubungan dengan hakekat manusia. Ilmu inilah yang merupakan satu-satunya dasar kokoh bagi ilmu  lain.
 Hume mengusulkan kita agar kita kembali kepada pengalaman spontan menyangkut dunia. Hume tidak ingin kita terus-terusan dibelenggu oleh konsepsi tentang dunia. Kita sering membicarakan hal-hal yang berasal dari perenungan dan kehilangan kenyataannya dalam realitas. Kita telah terbiasa dengan semua itu, dan tidak merasa perlu untuk menelitinya. Maka Hume menawarkan hal yang lain. Ia ingin tahu bagaimana seorang anak menjalani pengalamannya didunia, tanpa menambahkan sesuatu pada sesuatu yang dialaminya. Karena seorang anak belum menjadi budak harapan dan kebiasaan, jadi pikirannya sangat terbuka pada pengalaman.
 Hume juga menyatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra sebagai dasar. Kesan (impression) bagi Hume, sama dengan penginderaan (sensasional) pada Lock, adalah basis pengetahuan. Semua persepsi jiwa manusia terbentuk melalui dua alat yang berbeda, yaitu impression dan idea. Perbedaan keduanya terletak pada tingkat kekuatan dan garisnya menuju kekuatan besar dan kasar disebut impression (kesan) dan semua sensasi nafsu, emosi termasuk kategori ini begitu masuk kedalam jiwa. Sedangkan idea adalah gambaran kabur (faint mage) tentang persepsi yang masuk tadi ke dalam pikiran.
 Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada  bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil pengideraan langsung, sedangkan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Misal ada sebuah benda dengan ciri-ciri : putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar ciri-ciri tersebut tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi.
Hume juga tidak mengakui bahwa adanya kausalitas atau hukum sebab akibat. Pada umumnya orang berpedapat, bahwa penyimpulan soal-soal yang nyata tampaknya didasarkan atas hubungan sebab akibat. Kita menuangka air pada bejana, kemudian di bawah bejana itu kita nyalakan api. Setelah beberapa waktu air itu mendidih. Apa yang diberitahukan oleh pengamatan kita? semula pengamatan mendapatkan kesan gejala pertama, yaitu air bejana. Setelah beberapa waktu pengamatan mendapat gejala yang kedua, yaitu air mendidih. Oleh karena itu kesan bejana yang kedua itu kita terima setelah ada api dibawah bejana padahal kesan itu terus menerus kita terima jikalau ada api ditempatkan dibawah bejana yang berisi air, timbullah asosiasi tertentu, yang menjadikan akal kita cenderung berpendapat seolah-olah api itulah yang menghubungkan air dingin dengan air mendidih. Hubungan ini kita anggap sebagai suatu hal yang pasti. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable” berpeluang.
 Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang “ hukum alam“ atau “ sebab – akibat”, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja.
 Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding logika atau kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti, api membuat api mendidih. Padahal dalam api tidak dapat diamati adanya daya aktif yang mendidihkan air. Jadi daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu bukanlah yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai benda yang berada dalam air yang direbus. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu.
 Menurut Hume, pengalamanlah yang memberi informasi yang langsung dan pasti terhadap objek yang diamati sesuai waktu dan tempat. Roti yang telah saya makan kata Hume, mengenyangkan saya, artinya bahwa tubuh dengan bahan ini dan pada waktu itu memiliki rahasia kekuatan untuk mengenyangkan. Namun, roti tersebut belum tentu bisa menjadi jaminan yang pasti pada waktu yang akan datang karena roti itu unsurnya telah berubah karena tercemar dan kena polusi dan situasipun tidak sama lagi dengan makan roti yang pertama. Jadi, pengalaman adalah sumber informasi bahwa roti itu mengenyangkan, untuk selanjutnya hanya kemungkinan belaka bukan kepastian.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
             Emperisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Sebagai suatu doktrin empirisme merupakan lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia.

Menurut Hume, semua pengetahuan dari pengalaman Indra sebagai dasar. Hume juga menolak kausalitas, karena akal hanya menunjuk kepadanya hanya kesesuaian antara perbuatan tertentu dengan de facto. Dan David Hume  ini merupakan puncak empirisme.


DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton. 1984. Metode-metode Filsafat.Jakarta : Gala Indonesia.

Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Beni Ahmad. 2008. Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.

Komentar